Share this

Pertama, penting buat kita bedakan antara “terbakar” secara kimia seperti api di Bumi, dengan “menyala” karena reaksi fusi nuklir seperti di Matahari. Di Bumi, api terjadi karena reaksi kimia yang melibatkan oksigen. Tanpa oksigen? Gak bakal ada api. Makanya di luar angkasa yang vakum, api dari korek api pun gak bisa nyala.
Tapi Matahari berbeda. Cahaya dan panasnya berasal dari proses fusi nuklir, bukan pembakaran kimia. Di inti Matahari, atom-atom hidrogen saling bertabrakan dan bergabung menjadi helium karena tekanan dan suhu yang ekstrem — sekitar 15 juta derajat Celcius! Proses ini menghasilkan energi dalam bentuk panas dan cahaya, yang kita nikmati sebagai sinar matahari di Bumi.
NASA pun menjelaskan bahwa Matahari tetap menyala karena massanya yang sangat besar dan ditahan oleh gaya gravitasi internalnya. Jadi walau tanpa oksigen, energi tetap bisa diproduksi.
Sudut pandang menariknya? Ini justru bukti betapa menakjubkannya alam semesta. Dengan segala keterbatasan logika manusia, semesta menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk menghasilkan energi, gak harus selalu dengan cara yang kita pahami di Bumi.
Dan meskipun angkasa luar itu dingin dan gelap, sinar Matahari tetap bisa memanaskan Bumi lewat radiasi elektromagnetik, bukan lewat udara panas. Jadi kita bisa merasa hangat tanpa harus ada udara di antaranya. Canggih banget, kan?
Kesimpulan:
Matahari menyala bukan karena api atau oksigen, tapi karena fusi nuklir. Ruang angkasa memang hampa udara, tapi sains punya cara tersendiri untuk menjelaskan keajaiban yang satu ini. Alam semesta selalu punya misteri yang bikin kita kagum dan belajar lebih banyak lagi.