Share this

Di balik kemudi angkot yang lalu-lalang di jalanan Tangerang Selatan, tersimpan kisah nyata yang mencerminkan wajah lain dari perjuangan hidup masyarakat kelas bawah. Pagi itu, ketika sebagian orang bergegas bekerja, saya menaiki angkot dan menyaksikan sesuatu yang cukup mencengangkan—sang supir sedang asyik bermain judi online di ponselnya.
Fenomena ini bukan hal baru. Banyak dari kita pernah menyaksikan atau mendengar cerita serupa. Namun, pengalaman ini menyadarkan saya bahwa kemiskinan tidak selalu disebabkan oleh rendahnya penghasilan. Kadang, kebiasaan dan keputusan hidup yang keliru justru menjadi akar dari masalah finansial.
Seorang supir angkot memang tidak punya gaji tetap. Pendapatannya tergantung jumlah penumpang, harga BBM, bahkan cuaca. Tapi jika penghasilan yang sedikit itu dihabiskan untuk berjudi atau pengeluaran tak produktif lainnya, maka tak heran bila kondisi ekonomi mereka tetap stagnan, atau bahkan memburuk.
Saya pribadi memandang ini sebagai peluang edukasi. Edukasi keuangan dasar seperti cara menyusun anggaran, prioritas pengeluaran, hingga dampak kebiasaan buruk seperti judi online harus diperkenalkan sejak dini dan di semua lapisan masyarakat. Literasi finansial bukan hanya untuk mereka yang punya bisnis atau kerja kantoran—tapi juga untuk supir, pedagang, hingga buruh harian.
Di sisi lain, tekanan eksternal seperti pungli dari preman saat ngetem juga menjadi beban tambahan. Ini adalah ironi yang nyata: mereka yang sudah susah, masih juga ditindas. Pemerintah dan aparat perlu hadir, tidak hanya menindak tapi juga memberi perlindungan jangka panjang.
Revolusi mental, seperti yang sering digaungkan oleh presiden, bukan sekadar jargon. Ini tentang mengubah pola pikir dan bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Mengeluh terus-menerus tanpa aksi nyata tak akan membawa perubahan.
Kesimpulannya, kemiskinan bukan kutukan. Ia bisa diatasi dengan kombinasi kesadaran diri, manajemen keuangan yang bijak, dan dukungan sistem sosial yang adil. Kita, sebagai bagian dari masyarakat, bisa ikut berperan dengan menyebarkan edukasi, menyuarakan kebijakan pro-rakyat, dan berhenti menyalahkan keadaan tanpa introspeksi.