Share this

Kajian agama kini makin populer, apalagi di kalangan anak muda yang sedang mencari arah spiritual. Tapi pertanyaannya: apakah semua yang datang benar-benar niat menuntut ilmu, atau sekadar ikut tren dan cari konten untuk instastory?
1. Fokus pada Ilmu, Bukan Cuma Cuci Mata
Kajian bukan tempat untuk cari gebetan atau sekadar “healing spiritual” yang dibungkus vibes Islami. Kalau memang ingin mendapatkan manfaat, bawa catatan, dengarkan baik-baik, dan jadikan itu bekal untuk memperbaiki diri. Bukan cuma hadir, lalu main HP sepanjang sesi.
2. Kamu Datang Untuk Apa: Ilmu atau Validasi Sosial?
Pertanyaan jujur yang harus ditanyakan: “Saya ke kajian buat belajar atau buat update status?” Kalau jawabannya yang kedua, bisa jadi kamu sedang kehilangan esensi dari ilmu itu sendiri. Validasi sosial itu cepat pudar, tapi ilmu bisa jadi penerang hidup seumur hidup.

3. Instastory Penting, Tapi Fokus Lebih Penting
Ngerekam penceramah, selfie, lalu upload—lalu lupa isi ceramahnya? Sayang banget kalau niatmu ke kajian cuma buat keperluan konten. Bukannya haram, tapi akan lebih baik kalau yang dibagikan adalah manfaat ilmunya, bukan sekadar vibes kajiannya.
4. Manfaat atau Sia-Sia?
Kalau kamu sudah capek-capek datang ke lokasi kajian, mengorbankan waktu dan tenaga, tapi pulangnya nggak bawa perubahan apapun dalam diri, lalu untuk apa? Ilmu agama bisa didengar secara online, tapi energi spiritual saat hadir langsung hanya akan bermanfaat kalau niatnya benar.
🔍 Tanggapan Positif
Saya pribadi merasa teringat saat pertama kali aktif ikut kajian. Awalnya juga sering terdistraksi ingin share konten ke media sosial. Tapi setelah beberapa kali hadir dan benar-benar niat belajar, saya merasa jauh lebih tercerahkan. Intinya: ketika kita hadir dengan niat baik, ilmunya pasti nyangkut dan berdampak dalam kehidupan.
đź’ˇ Analisa dan Insight Tambahan
Fenomena “kajian estetik” atau “kajian vibes” memang tak bisa dihindari di era digital. Namun, yang jadi PR bersama adalah bagaimana memadukan semangat kekinian dengan nilai-nilai luhur dalam menuntut ilmu. Tidak masalah mendokumentasikan momen kajian, asal jangan lupa intisari ilmunya juga ikut direkam dalam hati dan pikiran.
âś… Kesimpulan
Kajian agama bukan sekadar aktivitas sosial atau konten media sosial. Hadiri kajian dengan hati yang bersih, niat yang lurus, dan fokus untuk memperbaiki diri. Karena ilmu yang kamu serap hari ini bisa jadi penentu kualitas hidupmu di masa depan.