Share this

Di tengah dunia yang semakin modern dan terbuka, standar dalam memilih pasangan hidup tentu ikut berkembang. Namun, bagaimana jika ada seseorang yang tetap teguh dengan prinsip tradisional—misalnya, hanya ingin menikahi wanita yang masih perawan dan sholehah? Kuno, atau justru tegas dalam memegang prinsip?
Aku ingin berbagi pandanganku yang mungkin terdengar konservatif bagi sebagian orang. Bagiku, pernikahan bukan sekadar urusan cinta atau gairah, melainkan komitmen yang dibangun di atas nilai-nilai moral dan spiritual. Aku terbuka menyatakan bahwa aku menginginkan pasangan yang masih menjaga kesuciannya. Bukan karena menilai masa lalu, tapi sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai kesetiaan sejak sebelum menikah.
Aku juga mencari wanita yang sholehah, memiliki akhlak baik, dan bisa menjadi tiang rumah tangga secara spiritual. Karena dalam keyakinanku, keluarga harmonis dimulai dari fondasi yang kokoh, bukan sekadar rasa suka.
Tentu, tidak semua orang sepakat dengan standar ini. Banyak yang mungkin menganggap pandangan seperti ini terlalu konservatif, bahkan diskriminatif. Tapi bukankah setiap orang berhak punya preferensi dan prinsip hidup masing-masing?
Tanggapan dari Sudut Pandang Positif:
Sebagai seseorang yang juga menghargai prinsip dan kejelasan tujuan dalam hidup, aku justru mengapresiasi keberanian untuk menyatakan standar seperti ini secara terbuka. Tidak semua orang punya kejelasan seperti ini. Ketegasan seperti ini bisa menyaring hubungan yang tidak sejalan sejak awal, dan itu justru sehat.
Analisa & Tambahan Informasi:
Standar seperti ini sering dianggap kontroversial karena berbicara soal nilai personal yang menyentuh isu privat, seperti keperawanan. Padahal, jika dibahas dalam konteks yang jujur dan terbuka, ini adalah soal kesesuaian nilai, bukan soal menghakimi.
Banyak orang juga menyamakan prinsip ini dengan patriarki atau kontrol terhadap perempuan. Tapi, jika keduanya saling sepakat dan menjunjung nilai yang sama, maka ini bisa jadi bentuk komitmen yang kuat.
Kesimpulan:
Memiliki standar dalam memilih pasangan bukanlah kesalahan. Selama itu tidak merendahkan orang lain dan disampaikan dengan cara yang dewasa, maka itu sah-sah saja. Yang penting adalah konsistensi dan kesiapan untuk menerima konsekuensi dari standar tersebut—baik dalam hal jodoh, proses pencarian, maupun kehidupan rumah tangga nanti. yang terlalu terbuka, terutama dalam hal berpakaian atau bergaul di lingkungan yang kurang pantas. Aku lebih memilih wanita yang tidak suka memamerkan fisiknya di tempat-tempat seperti klub malam atau tempat penuh keramaian.