Share this

Sistem COD (Cash on Delivery) semakin populer di berbagai marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada. Namun, sistem ini menyimpan sejumlah risiko yang wajib dipahami, terutama bagi para penjual.
Sebagai penjual, saya melihat COD sebagai cara yang efektif menjangkau pelanggan yang tidak memiliki metode pembayaran online. Tapi di sisi lain, sistem ini rawan disalahgunakan oleh pembeli yang kurang paham aturan atau bahkan sengaja mencari celah. COD seharusnya dilakukan dengan membayar saat barang diterima, bukan setelah dibuka atau dicoba. Sama seperti beli makanan, dibayar dulu baru disantap — bukan sebaliknya.
Sayangnya, tak semua pembeli memahami hal ini. Ada saja yang menolak bayar jika barang tidak sesuai harapan, bahkan dengan alasan sepele seperti “tidak punya uang”. Ini merugikan penjual secara waktu, tenaga, dan biaya.
Berikut beberapa resiko dari sistem COD:
1. Gagal Bayar
Pembeli menolak bayar karena alasan seperti:
- Tidak tahu aturan COD.
- Salah alamat atau tidak ada di tempat.
- Sengaja menghindar saat kurir datang.
2. Barang Hilang atau Rusak
Jika COD gagal, kurir harus mengembalikan barang. Proses ini:
- Memakan waktu lama.
- Risiko barang rusak karena sering dipindah atau tertindih.
3. Tidak Ada Pertanggungjawaban
Ketika barang rusak atau hilang, seringkali:
- Tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab.
- Penjual sulit menuntut ganti rugi.
4. Rugi di Biaya Packing
- Barang yang dibatalkan tetap harus dipacking.
- Biaya packing dan tenaga jadi sia-sia.
⚠️ Sistem Masih Perlu Evaluasi
Sistem COD di Indonesia masih rawan. Banyak pembeli tidak paham bahwa COD bukan berarti “coba dulu, bayar nanti”. Bahkan Shopee sendiri akan menonaktifkan fitur COD otomatis jika dalam 2–3 kali terjadi kegagalan. Namun sayangnya, kerugian akibat kegagalan tetap ditanggung penjual.