Cerita Sampai Berfikir Kok Ada Manusia Seperti Ini : Ibu Mertua - Seiring waktu berlalu, pernikahan yang ku bangun dengan penuh harapan dan cinta berubah menjadi kisah yang tak terbayangkan. Dari awal pernikahan hingga kini, ketidakadilan dan kebencian terus menyelimuti langkah-langkahku. Pahitnya hidup semakin terasa saat hubungan ini resmi berakhir dalam perceraian, namun beban kebencian dari kedua mertuaku tak kunjung surut.
Anak-anakku, buah hati dari pernikahanku sebelumnya, menjadi sasaran kebencian yang tak berkesudahan. Mereka, yang seharusnya menjadi pilar dukungan dan cinta, dihukum tanpa alasan yang jelas. Bahkan, pelanggaran dilakukan oleh anak-anak mereka sendiri, yang justru menjadi dalang pengkhianatan dan pengabaian terhadap keluarga yang pernah utuh.
Pagi yang seharusnya dipenuhi harapan, berubah menjadi kisah kepedihan saat sebuah pesan misterius datang dari nomor yang tak ku kenal. Kedua mertuaku, yang seharusnya menjadi penopang dan tempat berteduh, justru memerintahku untuk meninggalkan kontrakan yang menjadi saksi bisu perjuanganku. Rumahku dan rumah mantan suamiku hanya berjarak dua langkah, sebuah jarak yang terasa lebih jauh dari jurang kebencian yang mereka buat.
Tiap kali perempuan baru, si pelakor yang berhasil merusak rumah tanggaku, datang, rute perjalanannya selalu melibatkan lewatan di depan rumahku. Meskipun aku tak pernah mengganggu, aku dihujani dengan pandangan sinis dan kata-kata yang menusuk hati. Mantan suamiku, yang seharusnya menjadi ayah yang bertanggung jawab, seperti menghilang dari pandangan, mungkin takut bertemu dengan anak-anak yang rindu akan kehadirannya.
Keberantakan dalam rumah tanggaku tidak lepas dari campur tangan kedua mertuaku yang terus menghasut mantan suamiku agar segera melepaskan diriku. Bagi mereka, aku dan anak-anakku hanya beban yang harus segera dihilangkan. Padahal, selama ini aku telah berjuang tanpa henti untuk menyediakan kehidupan yang layak dan menjaga keluarga agar tak pernah kelaparan.
Mantan ayah mertuaku datang dua kali hanya untuk menyuruhku pindah dari kontrakan ini, seperti upaya untuk membuangku dari pandangan mereka. Hari ini, sang mantan ibu mertuaku menambahkan sentuhan kesedihan dengan pesan lewat pesan WhatsApp. Meskipun hatiku telah terluka berkali-kali, kini aku tak lagi terguncang. Membalas pesannya, aku lalu memutus kontak dan memblokirnya. Aku tak peduli lagi dengan kata-kata mereka.
Mohon doa dan dukungan teman-teman untuk aku dan malaikat-malaikat kecilku, yang terus menapaki perjalanan hidup penuh liku ini.
Kategori Post :
Informasi : viral, agama, tips dan trik, teknologi.
Bisnis Internet.
Soft Skill.
Hard Skill : blogger, pemograman, hacking.
Review Wisata : pandangan, politik, review produk.
Keuangan : kartu kredit, investasi, pinjaman.
Posting Komentar
Lebih bermanfaat bagi para pembaca lainya dengan meninggalkan jejak Komentar ^_^