Dimulai dari tanggal 06 september 2019, pada hari minggu pagi, Istri saya mulai berkeluh bahwa ada ketuban rembes / ketuban bocor hanya sedikit demi sedikit. Saya dan istri belum tahu apakah itu air ketuban atau bukan. Akhirnysa setelah disimpulkan bahwa itu adalah air ketuban berdasarkan artikel sebelumnya yang telah saya ceritakan. Disini
Cerita selanjutnya...
Setelah itu saya meminta kepada istri agar cepat cepat melakukan persiapan, dan kita harus segera kerumah sakit disaat ini juga. Ketika barang barang sudah siap kami bawa, akhirnya kami berangkat kesalah satu rumah sakit di kota gresik. Dengan menaiki sepeda motor, Yap motor. Bukan mobil. Dikarena istri yang meminta naik motor saja, setelah berdebat sekian menit karena saya suami ingin naik mobil, jadi saya mengalah dengan diambil kesimpulan bahwa kalo naik motor bisa keluar masuk rumah sakit untuk membeli keperluan mendadak saat opname.
Setelah berjalan sekitar 10 Km akhirnya sampai juga di UGD rumah sakit, setelah masuk saya menyatakan bahwa istri saya keluar air ketuban dan harus dilakukan proses selanjutnya agar tidak terjadi komplikasi atau infeksi pada janin. setelah melakukan proses pendaftaran dan istri masuk ke ruang OBGYN dimana ruang tersebut adalah ruang pemeriksaan untuk ibu hamil.
Setelah dinyatakan bahwa istri harus opname dan dikatakan mungkin akan melahirkan malam ini, akhirnya saya mengurus surat inap. Setelah masuk ruang inap, ruang inap UGD dimana didepan ruang inap tersebut terdapat banyak bidan yang mungkin membantu dalam melakukan proses persalinan.
Masuk jam 7, hingga jam 10. Disaat jam 10 ini istri merasakan kesakitan yang sangat hebat. Dikatakan kontraksi, Disaat awal dilakukan pengecekan oleh bidan di dekat rumah pembukaan 1 maka di saat jam jam tersebut mulai kontraksi dan mulai proses pembukaan satu persatu, Setiap pembukaan tersebut dirasa sangat sakit. Setiap 10 detik sekali istri mersakan kontraksi kesakitan.
Saya diminta untuk selalu memijat dan menggosokan tangan saya ke bagian punggung bagian bawah. Terus menerus digosokan, seperti dipijat. Mungkin itu cukup membantu istri mengurangi rasa sakitnya. Tak lupa pula saya selalu mengucapkan la haula wala quwata terus menerus didekat wajah istri, agar selalu mengucapkan dzikir. Hingga kontraksi dan rasa sakit istri menghiasi setiap jam Sampai pukul 2.30 dini hari. Istri saya mengatakan bahwa sudah tidak kuat lagi dan meminta saya untuk memanggil bidan. dan terlihat sempat ada darah yang keluar dari proses kontraksi.
Setelah itu saya bergegas untuk menemui bidan dan mengeluhkan kondisi istri saya. Bidan tersebut masuk dan melakukan pemeriksaan, setelah dicek bahwa ini sudah pembukaan ke 6. Dan mereka berkata harus segera pindah ke ruang persalinan. Disaat itu juga istri masih belum makan apapun, malamnya. hanya minum air putih dan itu pun muntah. Saya khawatir kalo istri saya kekurangan tenaga dalam melakukan persalinan nanti.
Setelah masuk kedalam persalinan, beserta saya, akhirnya istri saya dan bidan mempersiapkan proses kelahiran anak pertama saya. Didalam istri saya diminta untuk mengejan disaat perut mengalami kencang kencang, dan bersamaan saya selalu memuluk istri dengan memegang kedua tanganya serta membisikan berbagai dzikir untuk meminta kekuatan.
Setelah proses 1 jam akhirnya kepala bayi sudah keluar, dan ditarik oleh bidan. Setelah bayi tersebut keluar, dan ditimbang dengan hasil 3.4 Kg cukup besar, Setelah dibersihkan bayi dipelukan ke ibunya ( Istri saya ). Sampai disini belum selesai, bahwa proses persalinan masih berjalan, dimana istri saya harus dijahit terlebih dahulu. Jalan keluar dari bayi harus disobek hingga sampai dubur sebab bayi besar. Sampai sampai benang jahitan 1 meter habis. Proses jahitnya begitu lama sampai sampai saya melihat proses menjahitnya, Mulai dari darah nifas yang keluar terus menerus, ditambah bidan yang menjahitnya dengan banyak sekali jarum tajam menusuk kulit demi kulit. Alhamdulillah Setelah semua selesai, akhirnya istri saya dikembalikan ke kamar dan segera melakukan istirahat. Untuk bayi masih harus dilakukan pemeriksaan kesehatanya.
Begitulah rasa sakit seorang ibu ketika akan melahirkan, saya sebagai suami juga harus perlu tahu bagaimana perjuangan seorang wanita akan menjadi ibu. Memang masih banyak cara seperti sesar. Bahkan kedokteran menyarankan wanita untuk lahir secara normal, apabila terpaksa dilakukan operasi sesar itu karena ada penyulitnya. tetapi sekarang banyak wanita yang tidak ingin merasakan sakit dan memilih sesar meskipun bisa dilahirkan secara normal.
Mungkin itu adalah pengalaman berharga saya ketika saya melihat secara langsung proses melahirkan. Alhamdulillahnya juga kami memakai BPJS dimana tidak ada biaya rumah sakit yang dibayarkan, hanya saja ada beberapa biaya yang tidak dicover BPJS, sepert benang jahitan bagus, beberapa alas persalinan dan lain sebagainya.
Posting Komentar
Lebih bermanfaat bagi para pembaca lainya dengan meninggalkan jejak Komentar ^_^